Sobat Budaya Jakarta | GAMBANG RANCAK JALI PUTRA (RANCAK SI PITUNG)
351
post-template-default,single,single-post,postid-351,single-format-standard,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,large,shadow3,wpb-js-composer js-comp-ver-4.5,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-694

Blog

GAMBANG RANCAK JALI PUTRA (RANCAK SI PITUNG)

31 Okt 2014, oleh jakarta di artikel, berita, kegiatan
  • SEJARAH RANCAK SECARA UMUM

Rancak merupakan suatu nyanyian berupa pantun dan syair yang sudah ada sejak abad ke 19 dan perancak itu sendiri terdiri dari dua orang . Pada masa itu Rancak adalah suatu bentuk perlawanan di tanah Betawi pada musim paceklik. Dalam tuturan lisan yang terdapat di syair atau pantun masyarakat Betawi mengelabuhi penjajah melalui cara yang cemerlang. Pada masa ini Rancak diturunkan dari generasi ke generasi, Rancak kadang digunakan untuk ngamen  oleh masyarakat Betawi dan disampaikan secara spontanitas.

 

  • MAKSUD DAN TUJUAN RANCAK
  1. Merlestarikan Budaya Betawi.
  2. Mengenalkan Si Pitung sebagai pahlawan Betawi.
  3. Mengenalkan cerita Si Pitung pada generasi muda.

 

 

 

  • ALAT MUSIK YANG DIPAKAI DAN NAMA PEMAIN
  1. Gambang : Bang Maulana
  2. Kromong : Bang Fauzan
  3. Kong Ah Yan : Bang Jaya Khadi
  4. Kecrek : Bang Efendi
  5. Gendang : Bang Maulana
  6. Bass : Bang Napi

 

  • PAKAIAN
  1. PAKAIAN PERANCAK

Oleh Bang Firman dan Bang Ali.

  1. Peci
  2. Baju koko/sadariah putih (bisa menggunakan baju demang)
  3. Celana hitam
  4. Selampir kain motiv Betawi
  5. Sepatu pantofel
  6. PAKAIAN PEMUSIK
  7. Baju seragam (pada aaat ini koko biru dengan motiv kain betawi)
  8. Celana bahan dengan motiv Betawi

 

  • INTI CERITA RANCAK SI PITUNG

Menceritakan tentang Si Pitung pahlawan Betawi yang merampok penjilat rakyat yaitu H. Samsudin di Tanah Merunda (Maunda), ia merampok harta kekayaan H. Samsudin yang berupa emas, perak dan benda berharga lainnya. Setelah kejadian perampokan itu, H Samsudin melaporkan ke Tuan Demang dan ramailah kampung itu dengan suara kentongan. Setelah itu wargapun disuruh mencari Si Pitung, dan tidak berapa lama kemudian muncul kabar bahwa Pitung sudah ditangkap dan dibawa ke Mester, Jatinegara lalu dijebloskan ke dalam bui.

Saat si Pitung di bui, ada 15 sipir yang ditugaskan untuk menjaganya, setelah beberapa saat berlalu ternyata Pitung sudah kabur dari bui dengan kesaktian yang dimilikinya, ia dapat merambat ke tembok lalu menerobos dan jalan di genting bui.

Akhirnya siapapun warga yang bisa menangkap dan menyerahkan Pitung ke bui akan mendapatkan imbalan yang melimpah. Saat pitung menjadi buron ia bimbang dan ditangkap oleh sesorang dari Tanah Abang. Pitung yang sakti ditembak dengan peluru emas dan akhirnya mati.

Menurut tuturan masyarakat Betawi dulu, walaupun Pitung sudah mati, kepalanya masih bisa berbicara, dan kuburannya pun dijaga oleh beberapa orang karena ada sekelompok orang yang ingin membongkar dan membuktikan bahwa Pitungsudah mati atau belum. Sampai sekarang kisahnya sangat melegenda di Tanah Betawi dan di masyarakat Indonesia.

 

  • KONTAK YANG BISA DIHUBUNGI

Gambang Rancak Jali Jalut (0818971992)/Bang Saiful Amri (08158847893)

 

Rancak Jali Jalut dipentaskan pada saat Pameran Naskah Cerita Kuna yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 28 Oktober 2014.

 

Penulis: Trida/Divisi Ekspedisi, Penelitian & Pendataan Sobat Budaya Jakarta

  • WordPress
  • Google Plus
  • Facebook

Silakan komentar