Sobat Budaya Jakarta | Kaleidoskop Seni Budaya Jakarta 2014
495
post-template-default,single,single-post,postid-495,single-format-standard,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,large,shadow3,wpb-js-composer js-comp-ver-4.5,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-694

Blog

Kaleidoskop Seni Budaya Jakarta 2014

31 Des 2014, oleh jakarta di kegiatan

Kaleidoskop lazimnya dipahami sebagai rangkaian peristiwa menarik yang telah terjadi dan dimunculkan kembali. Dalam perjalanan berkesenian yang berlangsung di Jakarta, perlu adanya ‘kilas balik’ untuk mengingat kembali dan merefleksikan nilai-nilai luhur dari ragam seni yang mewarnai wajah Ibukota negara. Sebagai salah satu bentuk cara untuk mewujudkan kota Jakarta sebagai pusat kesenian dan budaya, Dinas Pariwisata & Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta menyelenggarakan acara “Kaleidoskop Seni Budaya Jakarta”. Acara ini berlangsung pada tanggal 16-20 Desember 2014 di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Selama 5 hari, masyarakat Jakarta dapat menikmati ragam kesenian terbaik yang pernah tampil di Ibukota melalui aneka pertunjukkan, teater, monolog, tari, musik, serta pameran foto dan artefak. Tidak ketinggalan juga sajian kuliner Betawi yang menggugah selera.

Pertunjukkan musisi jalanan, aksi monolog di ruang publik dan tanjidor berlangsung di luar panggung utama. Pada malam pembukaan dimeriahkan dengan pesta kembang api, video mapping aktivitas kesenian yang menarik selama tahun 2010-014 dan juga pertunjukkan Rancak dari Sanggar Puja Betawi. Rancak merupakan pantun berkait yang dipentaskan dengan diiringi melodi. Alat musik pengiring yang dimainkan antara lai gambang kromong, gendang, krecek, kongahyan, gong, dan bas elektrik. Rancak biasanya menceritakan satu tokoh, atau satu situsasi, baik yang terjadi di zaman dulu, maupun di masa sekarang. Ada juga penampilan dari tari Hiphop Betawi Sunda, tarian ini mengeksplorasi tari kreasi baru yang mengkombinasikan hiphop dengan sejumlah tari tradisi Betawi dan Sunda seperti Tari Topeng, Cokek, Ronggeng, Ketuk Tilu, Blantek dan Jaipongan.

Pada hari Kamis, 18 Desember 2014 juga tampil pertunjukkan Wayang Golek Pesisiran yang membawakan cerita dari salah satu karya sastra termuka Indonesia, yakni novel “Harimau Harimau” karya Mochtar Lubis. Cerita ini digubah menjadji “Mburu Deburu”. Wayang Golek Pesisiran biasanya tampil membawakan cerita “baru” yang diangkat dari perlbagai kisah yang populer di masyarakt pesisir. Umumnya, ceritanya telah mengalami berbagai perubahan dan modifikasi dalam bentuk pertunjukkannya.

Pada jumat malam juga dipentaskan monolog dari Herlina tentang Tumbal Dewi Cokek dan  pementasan wayang.

kaleidoskop seni budaya jakarta 2014

activate javascript

 

Ditulis oleh Siti Wulandari

  • WordPress
  • Google Plus
  • Facebook

Silakan komentar